Bagi para fans Marvel's Hero, pasti sudah nggak asing dengan sosok superhero manusia laba-laba bukan? Yap, Spiderman yang terkenal dengan kekonyolan dan kekuatannya yang luar biasa ini kembali membuat heboh manusia di Bumi.
Tapi, bukan di film ya, ini benar-benar terjadi di dunia nyata lho! Lewat ditayangkannya Movie Spider-Man: Far from Home yang ditayangkan perdana tanggal 3 Juli 2019 kemarin. Udah pada nonton belum? Nah, pada kesempatan kali ini, kita akan bahas sedikit atau review film Box Office tersebut. Sebelumnya yang belum nonton dan penasaran atau tidak pengaruh dengan yang namanya Spoiler, silahkan disimak ya, yang nggak tahan ama Spoiler, mohon maaf yaaaa!
Langsung saja, cekidot gannnn!
(SPOILER ALERT) Artikel ini mengandung sedikit bocoran yang semoga saja enggak mengganggu buat kalian, ya!
Sinopsis
Ketika dunia kembali normal setelah peristiwa di Endgame, Peter Parker kembali ke sekolah dan akan melakukan liburan musim panas bersama teman-teman sekelasnya. Misinya hanya ingin mengungkapkan perasaannya kepada MJ.
Baca Juga : Beberapa Serial Drama Mandarin Favorit di Era 90'an
Sayangnya, dimana pun dia pergi, monster-monster selalu mengikutinya dan membahayakan orang-orang terdekatnya. Dibantu oleh Mysterio, Peter pun percaya Mysterio bisa gantikan Avengers di dunia.
Menyenangkan dari Awal sampai Akhir
Kembali digarap oleh Jon Watts setelah Spider-Man: Homecoming (2017), kalian akan disuguhkan kisah menyenangkan ala drama remaja dalam balutan nuansa superhero. Bukan kisah yang berat, terlebih, jika kalian udah bisa nebak alur karena baca komiknya.
Berangkat dari sebuah skrip yang ditulis kembali oleh Chris McKenna dan Erik Sommers, Watts dan timnya dengan riang mengeksplorasi apa yang terjadi lima tahun setelah jentikan jari Thanos yang menentukan dan bagaimana dunia membentuk kembali dengan cara-cara duniawi.
Film ini bisa dibilang bikin Watss dalam posisi sulit dalam mengarahkan film. Soalnya, enggak hanya menempatkan Spider-Man di tempat penting MCU setelah jentikan jari Thanos, tapi juga soal kisah personal Peter Parker.
Tawa terus menghiasi bioskop di seperempat film pertama. Hal yang bikin kalian berharap film ini adalah komedi romantis. Gagasan konyol Peter tentang liburan di Venesia dan Paris dan curi-curi pandang ke MJ jadi hal fantasi remaja cowok yang bikin kalian tersipu.
Adegan aksinya pun lebih maksimal dibandingkan dengan film pertamanya. Aksi yang berskala monster tampil menakjubkan, tapi tetap membuat karakter utama enggak kehilangan pamornya. Mirip film petualangan yang mempertahankan tingkat fokus yang presisi terhadap detail dalam tiap ketukan aksi. Sehingga, penonton enggak kehilangan mood dan terus menatap layar sampai film selesai.
Kedalaman Karakter yang Belum Pernah Kalian Lihat
Zendaya mendapat banyak momen dan interaksi karakter yang luar biasa. Dia juga mendapatkan beberapa dialog terbaik dalam pengungkapan cerita, hingga ada chemistry nyata antara Zendaya dan Holland.
Angourie Rice sebagai Betty dan Jacob Batalon sebagai Ned sukses jadi scene stealer. Begitu juga dengan Jon Favreau sebagai Happy Hogan dan Marisa Tomei sebagai Bibi May. Peran mereka diperluas enggak hanya jadi teman sekolah Peter, tapi jadi bahan tertawaan kalian karena romansa ababilnya.
Sebenarnya, Spider-Man: Far from Home juga harus berfungsi sebagai ekstravaganza aksi, meski lebih baik dari film pertamanya. Sayangnya, hanya sebatas bagus, bukan luar biasa. Secara visual, film ini melampaui Homecoming dalam skala, realisme, dan scoring, terlepas dari VFX, ya. Warna cerah seperti nuansa remaja, mengingatkan kita pada kesetiaan sumber buku komik.
Satu masalah dengan superhero adalah adegan pertarungan klimaksnya cenderung menggantikan pemain fisik dan lokasi aktual dengan CGI, sehingga menjauhkan penonton dari aksi nyata.
Namun, dalam Spider-Man: Far from Home, kita berulang kali diingatkan bahwa adegan-adegan tersebut palsu. Bahkan yang bikin terpukau, pas kalian sadar bahwa semuanya bagaikan tumpukan ilusi dari kru maupun dari alur cerita yang semuanya dimasak di komputer.
Nah, saking menyenangkannya, film Spider-Man: Far from Home layak untuk dinonton berkali-kali. Hanya untuk membiarkan kalian menemukan detail-detail keren di set-piece CGI dari komik atau film terdahulunya.
Hanya saja, bagi kalian yang mengharapkan film Spider-Man: Far from Home sebagaimana sebenar-benarnya film manusia laba-laba, tampaknya bakal kecewa. Sebaliknya, jika kalian menaruh standar film ini layaknya film solo superhero lain, kalian akan setuju bahwa film penutup fase 3 ini enggak mengecewakan.
Wajar jika selera film superhero kita makin tinggi, karena kita udah disuntik film superhero yang menggelegar, lalu pas nonton film Spider-Man: Far from Home rasanya nanggung. Film dengan klasifikasi “Semua Umur” ini bisa kalian tonton pas banget di musim liburan.
Oh ya, ada dua adegan post-credit yang bakalan membelalakkan mata kalian. Nah segitu saja ya Review Film Spider-Man: Far from Home dari DUNIA MOVIE. Penasaran nggak sih? Makanya tonton dong di bioskop kesayangan kalian nanti!
0 Komentar